21.10.11

cinta mereka tidak penting ...

.... adegan sangat sedih terlihat di mana sepasang manusia saling merasa. Namun, semua terhalang oleh kepentingan-kepentingan yang memaksa mereka mengerti, cinta mereka tidaklah penting. Cinta mereka hanya naluri, yang lebih baik dirasa sendiri-sendiri.


12.10.11

sore di galeri

suatu sore yang sejuk, di pelataran galeri kecil namun ramai, Gendis diam berdiri memegang gitar ungu-nya sendirian. Ia diam, namun mulutnya komat-kamit tak terbaca. Gendis ternyata berdoa, menguatkan hatinya agar yakin pertunjukkannya akan baik-baik saja. Tidak lama, seorang pemuda menghampirinya. Pemuda dengan kaos putih bergambar analog itu menghampiri dengan senyum. Matanya yang terbungkus kacamata dan poni yang setengah panjang menutupi mata membuat Gendis merasa lebih tenang.
"Kamu sudah siap?"
Gendis mengerling, "Tidak akan pernah, jika kamu tidak memaksa. Oh, apakah kamu tahu bagaimana gugupnya aku? Aku tidak pernah main gitar sebelumnya. Ini pun hanya latihan sebulan. Bagaimana kamu percaya aku bisa menyanyi di depan banyak orang, Vin?"
Pemuda bernama Kevin pun menjawabnya dengan senyum, lalu mendorong punggung Gendis menuju samping panggung tidak ber-level di depan mereka.
"Kevin ..." Gendis menoleh ke arah Kevin di sampingnya. Matanya ketakutan, terselimuti rasa tidak siap.
"Bisa!"

Gendis sudah kepalang berada di panggung. Sendirian dan dipandangi puluhan pasang mata asing yang baru ia lihat. Gendis akhirnya menyerah. Ia duduk dan menyiapkan mic-nya. Berpose dengan gitar ungu dan sengaja memamerkan sepatu hak tinggi andalannya. Ah, Kevin tersenyum puas penuh rasa. Sebelum Gendis memulai, Kevin pun sudah bangga, entah karena apa.

"Selamat sore, selamat datang para pemuda-pemudi sekitar saya. Mungkin kalian tidak tahu siapa individu yang sedang bicara dengan pose seperti ini. Tapi disini, saya hanya berusaha mengabulkan permintaan kawan saya yang telah membelikan gitar ini sebagai hadiah. Hei, bagi yang merasa, tolong dengarkan lagunya. Ini tentangmu, bagiku."

♪♫ I like you when you're smiling
I like you when you're singing
I like you when you look at me and say hello ♪♫

♪♫ I like you when you're driving
I like you when you're calling
I like you when you look at me and say goodbye ♪♫

♪♫ I like you in the morning
I like you in the evening
I like you in the night when you look at the moon ♪♫

♪♫ Everytime I look at you
I always want to tell to you
Cause you are the only one I know
You are my melody
The sweetest thing I've ever seen ♪♫

♪♫ I know this is the right time
To tell you how much I like you
I know it's not so easy to say in front of you
I try to open my mouth
Cause I can't stand much longer to say
I love you ♪ ♫


Selesai. Gendis berdiri seusai menyanyi. Ia turun tanpa melihat Kevin yang membeku di samping panggung sedari tadi. Gendis akhirnya berani melirik ke mata Kevin dan hanya tersenyum simpul. Gendis pergi ke luar, entah apa yang ia rasakan.

"Gendis...."
Gendis kaget luar biasa. Berlebihan. Tidak sewajarnya. Ia sungguh tidak siap Kevin ternyata menghampirinya.
"Tuh kan, bagus. Apa kubilang, kamu berbakat."
Gendis tersenyum, lalu diam.
Suasana pun berbeda. Mereka canggung luar biasa.
"Gendis?"
Gendis menoleh perlahan, di sampingnya memang benar-benar Kevin yang tersipu.

'Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan???' teriak Gendis dalam hati.

.............................................................................................

that song is created by Funny Little Dream : My melody ( listen here)
written by dina agustina suardi