20.6.11


Gendis duduk di kayu tua. Duduk tegak dengan pandangannya yang lurus ke udara. Gendis diam, hanya itu yang bisa ia lakukan. Beberapa saat ia merasa ada yang lain di sekitarnya. Menengoklah ia, dan ternyata benar adanya. Ialah bintang yang selalu tinggal di dalam hatinya. Yang selalu masuk tanpa izin ke dalam mimpinya. Bintang tersenyum manis dan seketika membekukan tubuh Gendis, seperti sudah terpaku kencang dan tak bisa kembali. Gendis mencoba menggerakkan tangannya dan terpejam semaksimalnya.
Berhasil, kali ini kembali kenyataan yang ia lihat di sekelilingnya.

you're a bow to my violin
a right to my wrong
you're music to my silence
a plus to my minus

I'm complexity in your simple smile
I'm everything you're saying yes to

Bintang, ia kini ada dihadapannya. Sibuk membaca buku pelajaran yang akan membuatnya pening 2 jam ujian ke depan. Gendis memperhatikannya dengan gembira. Bintang tak sadar selalu ada mata yang mengawasinya. Gendis pun selalu tahu, Bintang tak akan pernah sadar bahwa ada raga Gendis yang selalu berusaha bersentuhan dengannya.
"Mungkin aku hantu yang selalu transparan buatnya." pikir Gendis.

you're a bow to my violin
a right to my wrong
you're music to my silence
a plus to my minus

I'm complexity in your simple smile
I'm everything you're saying yes to

Gendis kini tak pernah bertemu bintang selama bertahun-tahun lamanya. Selalu Gendis menangis, mengapa rasa ini tak ikut pudar seiring raga Bintang yang tak pernah bisa dipandang.
Gendis pun tahu, Bintang telah bahagia bersama siapa.
Dan Gendis anehnya malah senang melihat Bintangnya telah memiliki yang lain, dan bukan ia.
"Aku juga tidak tahu kenapa bisa bahagia melihat ia memiliki seseorang yang ia cinta. Aku senang, apapun asal Bintang pun begitu juga."
Nyatanya, Gendis selalu merindukan Bintang apa adanya.

you're a bow to my violin
a right to my wrong
you're music to my silence
a plus to my minus

I'm complexity in your simple smile
I'm everything you're saying yes to

Setiap harinya, Gendis memiliki visualiasi indah bersama Bintang disisinya. Walaupun buatnya sungguh menakutkan bisa membayangkan Bintang adalah jodohnya, namun Gendis kini memberanikan diri agar Bintanglah yang menjadi masa depannya. Gendis pun mencari Bintang, mencarinya ke setiap tempat yang memungkinkan. Ia tidak menyerah, walaupun mungkin Bintang tak pernah ditemukannya.
Beruntung, Gendis melihat Bintang yang berubah untuknya. Semakin rupawan dan dewasa. Penjelmaan Bintang dalam mimpinya 5 tahun lalu ternyata tak salah. Gendis tersenyum, lalu terharu melihat Bintang kini tak lagi berupa khayalan dirinya.
Tapi Bintang tidak sendiri.
Tapi Bintang kini sedang menyematkan cincin pada jari manis seseorang.
Tapi Bintang kemudian sedang dipeluk senang.

you're a bow to my violin
a right to my wrong
you're music to my silence
a plus to my minus

I'm complexity in your simple smile
I'm everything you're saying yes to

Raga Gendis yang merebah lemas di ranjang dengan kepala yang tertoleh ke samping kanan. Kosong, matanya tak melihat apapun di depan. Gendis hanya tenggelam dalam angan yang kembali berputar, dimana Bintang kini mulai memudar. Ia pergi, raga yang terhapus bagai pasir yang terbawa angin. Bintang, sudah tidak akan pernah bersinar lagi di hati Gendis.
Air mata tanpa ampun mengalir teratur dari mata Gendis.
Gendis pun menangis, lagi.
"Semoga ini yang terakhir Ya Tuhan! Gendis mohon!" pekiknya dalam hati.

---------------------------------------------------

written by : dina agustina suardi
lyric : A Bow To My Violin - Hollywood Nobody ( download here )

7.6.11

tahu bagaimana rasanya, sekarang

Hari ini kusimpulkan level kekuatanku sudah bertambah, setidaknya walau setengah. Aku kini tahu berjuang itu tidak pernah mudah, apalagi berkeinginan untuk menyerah. Aku tahu sekarang, bahwa menjadi dewasa adalah pencapaian dan harus kujalani dengan banyak garis lintang. Garis yang tidak varian, kawan.

Rose, I'm feeling older
I was as lucky as a four-leaved clover
I tried to be happy it wasn't easy
When I choose my colour it will be razzle dazzle rose

Dewasa kini pilihan. Sebenarnya dalam hati aku tak pernah mau memilih, namun tanpa kutelusuri, tanpa sadar itu juga sebuah pilihan. Maka kenapa tidak kucoba untuk bersikap selayaknya tahun yang selalu maju pesat, meninggalkan orang-orang yang tidak pernah siap.

Sekarang aku tahu rasanya, bagaimana melawan arus keinginan. Aku sekarang belajar menahan, aku sekarang belajar bersenang-senang dengan beban. Aku tahu sekarang, bagaimana rasanya tenggelam.

Aku tahu sekarang, bagaimana rasanya berteman dengan bayangan.

Rose, I'm feeling older
Courage my love it makes me bolder
Expecting softness can lead to foolishness
When I choose my colour it will be razzle dazzle rose




5.6.11

Kamu tahu, bintang? rasanya berusaha untuk tidak menyerah itu menyakitkan. Kamu bisa lihat aku contohnya, memandangi dari bawah sini dengan linangan air mata tanpa suara. Kamu pasti bisa melihat, bintang, bagaimana aku berusaha untuk terus maju sendirian, melawan ego, dan melawan semua keinginan untuk bersenang-senang

Bintang, aku ingin sekali jadi sepertimu disana. Aku ingin tenang dan berkilau. Aku ingin jauh dari bingar.

Bintang, apakah aku orang yang tidak sabaran? Bagaimana agar aku bisa menjadi kamu yang tetap bersinar? Tanpa siapapun, yang kau butuhkan hanya cerahnya langit malam.

Aku merindukanmu
Aku yakin kamu pun tahu






Gendis

Tuhan, aku kenapa? Mengapa aku merasa sangat kesepian? Aku merasa tidak ada yang bisa mengerti perasaanku, siapapun kini yang mungkin melihat kesedihanku.
Tuhan, aku bingung jika ditanya karena aku pun tak tahu jawabannya, aku tak tahu harus bagaimana ketika ada yang memperhatikanku saksama.

Tuhan, mengapa aku meminta pamrih pada setiap manusia yang kukenal? Adakah ketulusan yang benar-benar tak merasa? Ketika aku sangat butuh balasan kebaikan, mengapa aku tak mendapatkan? Aku selalu sepenuh hati berkorban pada setiap yang kusayang, namun di saat aku berbalik membutuhkan, mengapa tak sama keadaan yang kurasakan? Katanya di dunia ini ada karma, kapankah kebaikan itu menjelma?

Tuhan, bolehkah aku meminta sesuatu lagi, bahkan yang tak mungkin akan terjadi? Aku ingin menjadi anak kecil lagi, dimana masalahku hanya pe-er yang susah, atau ingin baju lebaran yang manis, atau tamasya dengan keluarga ke tempat biasa aku lihat di televisi, atau ban sepeda yang kempes, atau menangis karena luka-luka di tubuhku banyak sekali. Bolehkah aku menjadi anak kecil lagi yang senang berlari? Aku ingin jadi anak kecil lagi, ingin sekali.